Yang Khas dari Banyuwangi : Tudung Saji dan Pisau Hias
-Oktober-Nopember 2004- Banyuwangi mampu membuat wisatawan terkesan dan betah tinggal berlama-lama. Hal itu lantaran kecantikan alamnya memang menggoda. Apalagi kemudian…
-Oktober-Nopember 2004-
Banyuwangi mampu membuat wisatawan terkesan dan betah tinggal berlama-lama. Hal itu lantaran kecantikan alamnya memang menggoda. Apalagi kemudian disempurnakan dengan seni budayanya. Tak pelak, Bumi Blambangan ini banyak melahirkan biritang. Sebut saja, antara lain, Emilia Contessa dan Nini Karlina.
Buah tangan dari daerah di ujung timur Jawa Timur ini juga cukup menarik. “Oleh-oleh khas dari daerah kami sangat beragam dan banyak pilihannya,” ujar Eka Mukararn, Kasubdin Pemasaran Dinas Pariwisata dan Seni Budaya Pemkab Banyuwangi. Berbagai handicraft (kerajinan tangan) dan makanan khas tersedia di outlet minimarket dan pasar-pasar tradisional.
Rujak soto misalnya, bikin hasrat bergelora. Ketan kalak gempul legi (sejenis kolak) melepas dahaga di tengah gerahnya udara Kota Padang Bulan itu. Jangan lupa buat yang di rumah, pernik-pernik kerajinan tangan dan jajanan khas pantas untuk buah tangan.
Tudung saji khas Banyuwangi, salah satu hasil karya tangan-tangan terampil di kabupaten ini, memikat untuk di koleksi. Kerajinan anyaman bambu tersebut mempunyai motif tersendiri, ditambah percikan warna merah dan hijau, menampakkan ketinggian mutu budaya yang sudah mentradisi. Alat penutup makanan yang multifungsi tersebut lengkap dengan wadah-wadah penunjang berukuran lebih kecil. Seperti tempat lauk-pauk, tempat nasi, tempat buah dan anting (sejenis tas) hias. Meja makan yang berasesoris satu set tudung saji, dijamin membangkitkan selera makan. Soal harga relatif terjangkau. Satu set tudung saji tak menghabiskan Rp 100 ribu. Akan lebih mahal jika membeli eceran.
Buah tangan yang paling kerap dicari wisatawan adalah jajanan khas. Bagiak, jajanan khas ini menjadi kue terpopuler khas Banyuwangi. Bentuknya sederhana, bulat-renyah seperti roti mari. Berbahan tepung lokal, tapi sangat enak. Hampir disemua toko menjual. Jadi, gampang diperoleh. Harganya pun relatif murah. Rp 2.500,00 per pak (bungkus) yang ukuran kecil. Krupuk cumi dan rengginang centul,melengkapi keinginan wisatawan membawa buah tangan. Paling penting, siapkan picis (bahasa Osing: uang) lebih, agar tak kecewa.
Pisau Hias
Kerajinan pisau hias juga menjadi pilihan yang menarik. Pasalnya, mengoleksi alat berkategori senjata tajam tergolong amat langka. Sebilah pisau berharga Rp 7.500,00 hingga juta rupiah, tersedia. Sekadar melihat atau ingin membeli, boleh-boleh saja. Sialakan ke Jl. Kartini, di Kelurahan Singotrunan, Kecamatan Banyuwangi, kawasan tengah kota.
Berbagai jenis dan motif pisau dipajang, di outlet Amphibius misalnya. Malah tidak hanya memproduksi pisau hias, namun juga pisau beneran, sejenis pisau komando untuk militer. Senjata tajam (sajam) jenis pisau lempar yang lazim digunakan Marinir, konon di pesan disini. Jenis lain, seperti samurai, pedang, kampak, badik, mandau, clurit, hingga pisau-pisau khas daerah seluruh Nusantara juga diproduksi di outlet ini.
“Sayangnya, membawa cinderamata jenis sajam amat rawan. Terkait dengan ketentuan undang-undang” .. komentar Aekanu Hariyono, Kasi Objek Wisata Dinas Pariwisata setempat. “Perlu dibuat kebijakan untuk melegalkan (dalam membawanya). Semacam surat Patr lah, ” imbuh mantan guru SD tersebut.
Proses pembuatan pisau hias khas Banyuwangi sangat sederhana. Keterampilan perajin setempat sudah teruji. Meski begitu bantuan alat bermesin mempercepat produktifitas mereka. Logam dari pegas (per) truk menjadi bahan dasar pisau-pisau cantik tersebut. Lempengan logam dipotong sesuai mal dengan pola yang diinginkan. Panas pembakaran dan cara tempa menentukan mutunya. Tidak retak dan tidak gampang patah. Standart kualitas ditentukan dari tebal-tipis, peksi (gagang pisau), blantikan (mata pisau), lobang, bentuk ornamen, dan cara tempa yang lazim disebut kentengan. Foto & naskah : Azmi
Artikel di atas dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur : Jatim News, Tabloid Wisata Plus, EDISI 21, 24 Oktober -07 Nopember 2004, Tahun I