Cinderamata Ukir Kayu : Etnik Nusantara Made In Lamongan
-Maret-April 2004- Memasuki Kabupaten Lamongan yang asri, terbayang di benak tentang aroma sedapnya soto dan tahu campur yang menggugah selera. Tidak…
-Maret-April 2004-
Memasuki Kabupaten Lamongan yang asri, terbayang di benak tentang aroma sedapnya soto dan tahu campur yang menggugah selera. Tidak salah memang, karena soto dan tahu campur Lamongan sudah terkenal. Namun, coba tengok kiri-kanan jalan memasuki kabupaten ini dari arah Surabaya, tampat berderet toko dan depot makanan. Ada sejumlah toko yang khusus menjual produk kerajinan. Di sana ada pula sebuah gedung megah sebagai showroom produk unggulan Lamongan.
Di dalam showroom tersebut terpampang berbagai macam produk kerajinan, seperti kerajinan ukir kayu, mebel, batik, bordir, anyaman bambu, tembikar, dan masih banyak lagi lainnya. Salah satu produk kerajinan khas kabupaten ini adalah kerajinan ukir kayu. Di kawasan strategis, tepatnya di Jl. Basuki Rahmat No. 37, terdapat rumah sekaligus showroom ukir kayu Chin Craft yang memproduksi mebel dan aneka kerajinan bercorak etnik Nusantara.
Perjalanan usaha mebel dan kerajinan itu cukup berliku-liku. Dirintis oleh Maftuchin pada akhir tahun 1988. Awalnya, usaha mebel itu berangkat dari usaha butik kecil-kecilan yang dia rintis bersama istrinya, tahun 1983. Kala itu, Maftuchin yang jebolan Akademi Wartawan Indonesia tahun 1979 dan pernah menjadi kameramen film, menuangkan kreasi seninya di kain, kemudian dijual di butiknya. Bisnis itu berlangsung hingga akhir tahun 1988.
Didorong jiwa seni yang kuat dan inovasi untuk berkreasi, dia mulai merambah ke media lain, yaitu ukir kayu. Syukur, berkembang sampai saat ini. Seni ukir kayu dia pelajari sendiri (otodidak) termasuk belajar memproduksi cinderamata kuda kepang.
Karya kreatifnya itu akhirnya meraih penghargaan sebagai pemenang pertama Lomba Cinderamata Jawa Timur yang diserahkan sendiri oleh (almarhumah) Ibu Tien Soeharto. Sayangnya, kuda kepang peraih juara pertama itu kini tinggal kenangan, selain sudah lama tidak diproduksi, arsip sisa-sisa produksinya pun sekarang sudah tidak ada. Padahal, penting sebagai salah satu alternatif bentuk cinderamata khas Jawa Timur. Tahun itu pula dia memproduksi cinderamata boneka udeng yang cukup laris, sampai “dikloning” (dijiplak) produsen lain. Lantaran itu boneka udeng tidak dia produksi lagi.
Prestasi lain yang pernah diraih Maftuchin adalah, juara I Lomba Cinderamata Benda Jadi (1990, Pemda DKI Jakarta), Upakarti Bidang Pengabdian (1991), dan juara harapan II Lomba Manajemen (1994, IBM-Rotary).
Selain itu, suami Lilik Charita Lisfana ini juga berpengalaman mengikuti pameran di berbagai negara, antara lain di Jepang, Iran, Pakistan, Belanda, Turki, Brunei Darussalam, dan Cina.
ETNIK NUSANTARA
Ditanya tentang corak etnik yang dikembangkan, pasangan suami-istri itu mengatakan mengadopsi berbagai corak etnik di Indonesia, antara lain corak Asmat, Toraja, Madura, dan Kalimantan. “Kami tidak mengadopsi corak satu etnik saja. Jadi secara umum kami namakan etnik Nusantara.
Mengenai bermunculannya ukir kayu atau kerajinan dengan corak yang sama, Lilik menambahkan “Sekarang memang banyak bermunculan motif/corak yang mirip dengan produksi kami dari daerah lain dan mengklain bahwa produk mereka yang pertama, tetapi setelah dicek tahun produksinya ternyata tahun produksi mereka jauh setelah produksi kami yang pertama, dan karena itu kami telah mempatentkan “Chin Craft” sebagai produsen meubel dan ukir kayu bercorak etnik”.
Tidak munculnya corak khas Lamongan dalam karya-karya ukir-kayu Maftuchin, karena sulit untuk menterjemahkan atau memvisualkan secara tiga dimensional ikon “Lamongan soto dan tahu campur”. Pernah pula dia coba untuk mengambil ikon Waduk Gondang, tetapi hasilnya kurang bagus, dalam arti kurang diminati pasar. Satu yang pasti, untuk membuat suatu cinderamata banyak hal yang harus diperhatikan. Antara lain ukurannya handy (mudah dibawa), unik, mempunyai kegunaan, dan harga terjangkau. Dengan parameter itu memang tidak mudah membuat cinderamata.
Produk Chin Craft sangat beragam. Mulai dari cinderamata mungil (gantungan kunci, tempat surat, jam hias, tempat lampu, kaca hias) hingga aneka bentuk cinderamata hias untuk rumah hingga dalam ukuran besar (meja, kursi, tempat tidur, dan almari). Usaha mebel yang mempekerjakan sembilan orang itu, saat ini lebih banyak memproduksi mebel pesanan dari berbagai daerah dan aksesori rumah tangga. Selain itu juga mengisi beberapa galeri di luar daerah, antara lain di Jakarta, Surabaya dan Bali.
Jika dicermati, mebel ukir Chin Craft merupakan produk khas yang dapat “mewakili ” Jawa Timur. Sayangnya beberapa produk cinderamata yang pernah meraih penghargaan sekarang sudah tidak ditemukan lagi. Secara teknis barang tersebut dapat diproduksi lagi, tapi mung kin secara ekonomis adakah pasar yang membutuhkan? Tentunya ini perlu kepedulian dari berbagai pihak untuk mengangkatnya. Day@
Artikel di atas dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur : Jatim News, Tabloid Wisata Plus, Edisi 31, 26 Maret-09 April 2004, Tahun II.