Kerajinan Kerang Pantai Prigi: Memburu Kreasi, Dihimpit Pemasaran
-Desember 2003- Kerang laut bagaikan milik semua masyarakat di kawasan pantai. Namun belum semua kawasan pantai ditumbuhi industri kecil kerajinan…
-Desember 2003-
Kerang laut bagaikan milik semua masyarakat di kawasan pantai. Namun belum semua kawasan pantai ditumbuhi industri kecil kerajinan kerang berikut stan-stan souvenir kerajinan tersebut. Di Jawa Timur misalnya, baru ada di sejumlah pantai, antara lain Pantai Pasir Putih Indah di Jember, Pantai Popoh di Tulungagung, dan Pantai Prigi di Trenggalek.
Khusus Pantai Prigi, merupakan andalan objek wisata pantai di kabupaten setempat. Tidak hanya sebagai daerah tujuan wisata, namun juga pusat pelabuhan ikan. Di kawasan pantai inilah tumbuh subur cita rasa seni dan kreasi membentuk kulit kerang menjadi barang kerajinan bernilai ekonomi. Kios-kios kerajinan kerang yang berjajar rapi di sepanjang tepi pantai belah barat Pantai Prigi, merupakan pusat souvenir.
Para perajin kulit kerang menemukan mata pencahariannya di situ. Hasilnya diakui lumayan untuk menopang kebutuhan hidup. “Saya mulai membuka kios tahun 1996. Mulanya hanya sedikit jenisya. Mulai dari tirai, bros, miniatur kura-kura dan kap lampu,” ungkap Wiyono. Harga jual cukup variatif. Mulai dari ratusan rupiah hingga ratusan ribu.
Ihwal perlunya inovasi produk agar tetap laku, versi Wiyono yang juga anggota Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) Prigi, tidak menjadi kendala. Selain terus mengembangkan aneka jenis produk, mutu pun terus diupayakan peningkatannya. “Saya berusaha memproduksi yang terbaik, sehingga tidak gampang rusak, dan pembeli tidak kecewa. Kalau mudah rusak, istilah orang Nggalek (Trenggalek) nganyelne (mengecewakan),” papar ayah satu anak itu. Sejumlah perajin yang ditemui Jatim News di pantai tersebut juga berkomentar senada.
Proses produksi kerajinan yang 95 persen terbuat dari kulit kerang itu tidak begitu rumit. Meski demikian tetap membutuhkan sentuhan cita rasa seni. Ada yang dibentuk utuh persis bentuk aslinya, hanya di rangkai saja. Namun ada juga yang harus dipotong atau dipipihkan. Misal, produk rumbai-rumbai untuk kap lampu.
Kendala Pemasaran
Aneka bentuk kap lampu cukup eksotik dengan rumbai-rumbai berbentuk bulat, diameternya sebesar uang logam seribu rupiah, sepanjang satu meter. Tahap akhir pemrosesan cukup dilem atau dirajut dengan benang menjadi rumbai dan tirai. Tak ada proses pewarnaan. Semuanya alami, sama dengan aslinya. Ada yang putih mengkilap, ada yang bintik-bintik coklat tua kehitam-hitaman. Dalam berbagai motif dan bentuk yang cukup menarik, tak pelak berpeluang dijadikan komoditas kerajinan khas daerah setempat.
Meski prospektif, namun usaha kerajinan kulit kerang di Pantai Prigi hingga kini masih dililit kendala klasik, yaitu lemahnya pemasaran. Apa boleh buat, omset per hari pun masih sangat minim. Pasalnya, meski perajin mengaku berupaya meningkatkan kualitas dan kreasi desain, namun realitas dari dua segi tersebut masih perlu ditingkatkan. Kalangan pengunjung Pantai Prigi menilai desain karya perajin setempat masih kurang menarik minat wisatawan.
Berkaitan dengan ikhwal tersebut, maka sangatlah diperlukan perhatian dari instansi pemerintah yang terkait dengan industri kecil, perdagangan, koperasi, dan kepariwisataan. Tak cukup sekadar sentuhan kreatifitas dan daya inovasi pihak perajin. Dari sudut ekonomi dan kepariwisataan, kelak, tidak mustahil keberadaan industri kecil kerajinan kulit kerang itu memberikan nilai tambah yang signifikan pada Trenggalek. Tentu, setelah masalah produktifitas, kualitas, dan manajemen pemasaran tertata. Selain kerajian kulit kerang, Trenggalek juga memiliki kerajinan rakyat yang lumayan bernilai ekonomis tinggi. Kerajinan dimaksud meliputi anyaman bambo (di Desa Wonoanti, Gandusari, dan Sumbergayam, Kecamatan Durenan), batik (Kelurahan Sumbergedong), bordir dan konveksi (Desa Kamulan, Durenan, dan Sukorejo Gandusari), serta batu bobos (Kelurahan Sumbergedong). Aida Ceha
Artikel di atas dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur : Jatim News, Tabloid Wisata Plus, Edisi 24, 12 -26 Desember 2003, Tahun I, hlm. 17.