Thursday, October 10, 2024
Semua Tentang Jawa Timur


Malangnya Wisata Malang

Tambahkan BaruMalangini sudah lama dikenal sebagaikotawisata. Kenyataannya?” cetus Drs Noerjanto MBA, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Malang ketika Gebyar Suro Gunung…

By Pusaka Jawatimuran , in Wisata , at 17/10/2011 Tag: , ,

Tambahkan BaruMalangini sudah lama dikenal sebagaikotawisata. Kenyataannya?” cetus Drs Noerjanto MBA, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Malang ketika Gebyar Suro Gunung Kawi. Pernyataan sekaligus pertanyaan yang tak mudah dijawab. Realitas sebagaikotayang terkenal wisatanya, jauh dengan kondisi sebenarnya. Sejumlah objek wisata kondisinya ternyata malah memelas.Malang.

“Kabupaten Malang amat kaya objek wisata. Sayangnya, orientasi birokrat sekarang tertuju pada perolehan PAD (pendapatan asli daerah) dari pariwisata ansich, ” komentar Bibit Suprapto SH, Ketua Komisi E, DPRD Kabupaten Malang. Menurut dia, sumbangan sektor pariwisata memang sedikit, tapi sektor lain dapat bergerak pesat Jadi, tak logis bila pemerintah memicingkan mata pada sektor riil tersebut

Tiap penjuru daerah kabupaten terluas kedua di Pulau Jawa ini (setelah Kabupaten Bandung) punya objek-objek wisata potensiai. Namun, objek wisata yang dikelola Perusahaan Daerah (PD) Jasa Yasa ataupun dinas lain (Perhutani dan Dinas Kehutanan), tampak tidak terawatt dengan baik. Memberi kesan hanya diperas untuk menghasilkan PAD, tanpa timbale balik semestinya.

Sebut salah satu contoh kasus, yaitu Taman Burung Jeru di Desa Jeru, Kecamatan Tumpang, Proyek prestisius bernilai miliaran rupiah di timur Kota Malang arah ke Guinung Bromo lewat Tumpang Poncokusumo itu mangkrak, tak terurus. Taman Wisata Wendit yang “bertetangga” dengan Kota Malang di belahan timur, dan kondang karena keberadaan ratusan monyetnya, juga tak jauh beda kondisinya. Objek wisata lain, seperti Taman Rekresasi Dewi Sri di Pujon (Malang Barat arah keKediri) dan Pemandian Metro di Kepanjen (Malang Selatan arah ke Blitar), tambah merana lagi. Ya ampun!

Taman Burung leru di Desa Jeru, Kecamatan Tumpang, Proyek prestisius bernilai miliaran rupiah di timur Kota Malang arah ke Guinung Bromo
Lewat Tumpang-Poncokusumo yang mangkrak.

 Konyol
Malangnya Malang, boleh jadi begitu, memang. Parahnya lagi, objek wisata alam yang sebagian besar dalam kawasan hl,.Jtan juga ikut tak terawat Perhutani dan Dinas Kehutanan setempat, sepertinya hanya memanfaatkan untung dari retribusi karcis masuk. Contoh konkret bisa disimak di Pemandian Air Panas angar, Sumberbrantas, Kota Batu. Lingkungan sekitar Cangar yang rusak menghantui wisatawan saat berendam air belerang. Apalagi kondisi fisik objek wisata yang boleh dibilang rusak berat, tak layak dikunjungi.

Objek wisata pantai di kawasan Malang Selatan juga masih belum maksimal tergarap.Sepotensial apapun objek wisata laut sepanjang pantai selatan itu, tak berarti apa-apa bila tak dike lola dengan baik. “Dinas Pariwisata ini hanya selaku tim pembina,” tegas Saurianto, Kepala Seksi Pen gem bang an Objek Wisata Disparta setempat Lemahnya kedudukan Dinas Pariwisata selaku pembina, tidak dapat menentukan kebijakan , dan cenderung berfungsi sebagai pemasaran belaka. Namun, kalau objeknya rusak, apanya yang dipasarkan? Itulah konyolnya.

Problematika pengelolaan pariwisata di Kabupaten Malang, sesungguhnya tak perlu terjadi, asal terjalin sinergitas lintas instansi. “Gaung Tahun Kunjungan Wisata 2004 yang jatuh di Kabupaten Malang, ternyata sepi-sepi saja. Satu pun dari masyarakat tak mendengar,” kata Dwi Oetami , Marketing Sandiva Collection, perusahaan yang memproduksi souvenir khas Kabupaten Malang.

Pantauan Jatim News di lapangan, geliat pariwisata daerah yang dipimpin Bupati Sujud Pribadi ini memangadem-ayem saja. Tidak tampak kegiatan yang mencolok menyambut even penting bertajuk Tahun Kunjungan Wisata 2004 Kabupaten Malang. Yah, gimana lagi kalau gayung sudah tidak bersambut? Terlalu berharap malah bikin ngenes. Azmi

Artikel di atas dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur : Jatim News, Tabloid Wisata Plus, EDISI 32, 09 -23 April 2004, Tahun II, Hlm, o5