Harta Karun: yang Tersembunyi
-Mei 2010- Warga kota mungkin tidak begitu perhatian dengan objek ini. Entah karena warnanya yang usang dan membekaskan kesan angker,…
Warga kota mungkin tidak begitu perhatian dengan objek ini. Entah karena warnanya yang usang dan membekaskan kesan angker, atau memang lokasinya yang tersembunyi.
Tak ada petunjuk angka sebagai tanda tahun berdirinya bangunan-bangunan ini. namun yang pasti, pada masa kolonial Belanda, ketika listrik masih menjadi barang mewah, bangunan ini berperan sebagai penghantar aliran listrik ke rumah-rumah. Disebut transformator huisje dalam bahasa Belanda, atau gardu listrik.
Seiring berkembangnya jaman, gardu listrik pun terlupakan atau malah sudah tiada lagi, dibongkar rata dengan tanah. Yang tersisa dibiarkan usang, menjadi tempat warung kopi, atau tempat tambal ban. Keberadaannya semakin tersamarkan oleh bangunan lain yang kini banyak tumbuh di sekitarnya.
Sebagian gardu lawas yang tersisa di Surabaya masih bisa dilihat di Jl. Mas Mansyur (Ampel), Jl. Dukuh (depan klenteng), Jl. Kedung Doro, dan Jl. Kebalen Timur. Bahkan gardu listrik di jalan Panglima Sudirman masih terawat dengan hiasan lampu-lampu. Seandainya pemerintah kota mau merawat dan diberlakukan minimal seperti yang ada di samping tugu bambu runcing itu, gardu-gardu lawas ini bisa mempercantik tampilan kota. (naskah/foto: an kusnan)
Artikel di atas dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur : SURABAYA City guide, Suara Surabaya Media, Edisi Mei 2010.
Comments
selalu menyenangkan lebih tahu tentang sejarah kita, terus muat ya…