Batik Jetis, Batik Tulis Khas Sidoarjo
-Oktober 2009- Siapapun tahu batik, sudah sejak lama dipakai sebagai pakaian mulai dari raja-raja sampai rakyat jelata jaman dahulu. Sampai…
-Oktober 2009-
Siapapun tahu batik, sudah sejak lama dipakai sebagai pakaian mulai dari raja-raja sampai rakyat jelata jaman dahulu. Sampai saat ini pun batik lagi naik daun tidak saja dipakai pada acara tertentu namun sudah biasa dipakai dalam segala suasana baik tua maupun muda. Kaum mudapun tidak perlu merasa enggan ataupun malu lagi mengenakan baju batik, karena dulunya identik dengan pakaian kaum tua, dan kini telah didesign modis dan trendy. Dengan diakuinya batik sebagai warisan budaya Indonesia, leh Unesco, sudah sepatutnya kita bangga dan terus menjaga warisan budaya yang lain, agar tidak diklaim oleh negara lain.
Batik Pekalongan, Solo atau pun batik Jogja merupakan salah satu oleh-oleh wajib yang patut dibawa apabila kita mampir atau berkunjung di kota tersebut. Di Sidoarjo, yang terkenal dengan petis, kerupuk udang, kupang lontangnya, kerajinan tas dan sepatu Tanggulangin, serta lumpur lapindonya, ternyata dapat kita temui sentra kerajinan batik. Batik Jetis batik tulis khas Sidoarjo dapat dijadikan salah satu altematif oleh-oleh khas kota delta tersebut.
Memang, batik Jetis telah ada sejak tahun 1675. Menurut cerita, Mbah Mulyadi keturunan Raja Kediri. Namun, perkembangan usaha batik tulis Jetis baru nampak pada tahun 1950-an. Usaha batik pun mulai berkembang sekitar tahun 1970-an. Berbekal keahlian yang mereka dapatkan sebelumnya, orang-orang jetis pekerja pabrik batik besar, mulai membuka usaha batik mereka sendiri. Dari sinilah awal usaha batik mulai menjadi usaha rumah masyarakat Jetis. Usaha tersebut kemudian juga menjadi mata pencaharian utama mereka selama bertahun-tahun hingga sekarang.
Sebuah baliho bergambar alat batik “canting” dengan warna emas, di bawahnya bertuliskan “Kampoeng Batik Jetis sejak 1675” terpampang di sebelah kiri Jl. Diponegoro, serta di seberang jalan salah satu gang. Kedua tanda tersebut cukup besar hingga menjadi penunjuk tempat (gang) para pengrajin bekerja ketika anda melewati Jalan Pasar Jetis dan sebuah jembatan, berarti telah masuk ke kawasan kampung Jetis (Jalan Pasar Jetis). Jalanan dari pasar hingga masuk kawasan kampung hanya bias dilalui pejalan kaki, motor, dan becak saja. Apalagi saat pasar belum bubar, biasanya pagi biasanya saat pagi hari, tumpah ruah, antara orang yang belanja, dan yang melintas, becak, motor dan pejalan kaki.
Alternatif kedua, bagi roda empat, lewati Jalan Diponegoro, dapat Parkir di sisi kiri jalan, tepat di depan Gapura Kampoeng Batik Jetis di sisi sebelah kanan. Karena gang masuk kampoeng Jetis tidak terlalu besar, dan Anda tinggal menyebrang, dan masuk kawasan kampung Jetis.
Pengguna transportasi umum dari Surabaya menggunakan bemo warna kuning jurusan Sidoarjo atau menggunakan kereta komuter. Bemo jurusan Sidoarjo dapat dijumpai di terminal Joyoboyo, Surabaya dan banyak melintasi di Jalan A. Yani Surabaya. Anda cukup mengatakan stasiun sidoarjo, maka Anda akan turun di Jalan Diponegoro dan gapura Kampoeng. Batik Jetis terlihat di seberang jalan. Demikian pula bila naik komuter, Anda akan turun di Stasiun Sidoarjo. Setelah itu, berjalan kaki sekitar 500 meter ke arah Jalan Diponegoro depan stasiun.
Lelah menyusuri gang demi gang, dari ujung pasar jetis hingga Jl. Diponegoro atau sebaliknya tapi semangat masih ada, jangan kawatir ada becak yang siap mengantar anda menyusuri gang demi gang perkampungan batik ini. Becak-becak yang ada tersebut memang dipersiapkan untuk melayani wisatawan yang akan wisata belanja di kampung jetis ini.
Peran Pemerintah
Pada tahun 1970-an, industri batik Sidoarjo menjadi salah satu tiang penopang ekonomi utama dan hampir seluruh rumah tangga di Kampung Jetis. Sebagai gambaran, sesuai dengan informasi yang diperoleh diperkirakan sebagian besar (sekitar 90%) dari penduduk di Jetis, khususnya kaum perempuan, bekerja sebagai pengrajin, pengusaha atau pekerjaan lain yang terkait dengan batik. Namun demikian, pada masa sekarang diperkirakan kurang dari 10% penduduk perempuan yang masih bekerja sebagai pembantu. Hal ini diakibatkan oleh banyaknya penutupan usaha yang mengancam kelestarian usaha dan budaya batik Sidoarjo.
Diperkirakan usaha kecil batik di Sidoarjo yang jumlahnya tidak kurang dari 100 pengrajin telah merosot tajam menjadi hanya sekitar 17-an usaha kecil batik di Jetis pada akhir Desember 2007 dan salah satunya adalah H. Nur Wahyudi dengan nama usahanya adalah Batik Tulis Azizah.
Oleh karena itu, peran pemerintah dalam mengembangkan dan mempromosikan batik khas Sidorajo dengan meresmikan “Kampoeng Batik Jetis” pada tanggal 3 Mei 2008 oleh Win Hendrarso, Bupati Sidoarjo, yang ditandai dengan adanya gapura “Kampoeng Batik Jetis” dilengkapi dengan kombinasi beberapa gambar batik tulis Jetis.
Untuk mendorong usaha perbatikan di Kabupaten Sidoarjo agar lebih maju sekaligus melestarikan batik sebagai warisan leluhur bangsa Indonesia, Pemerintah Kabupaten Sidoarjo bekerjasama dengan Dewan Kerajinan Nasional (Dekranasda) Kabupaten Sidoarjo melakukan beberapa hal sebagai berikut, pembinaan dilakukan secara rutin oleh Pemerintah Kabupaten Sidoarjo yang meliputi peningkatan kualitas dan kuantitas produksi dan manajemen pemasaran yang melibatkan para pengrajin batik yang dilakukan oleh Instansi Teknis. Selain memberikan kredit usaha lunak melalui Instansi Teknis, Pemerintah Kabupaten Sidoarjo dan Dekranasda Kab Sidoarjo bekerjasama dengan para stakeholder untuk mendukung eksistensi para pengrajin melalui pola CRS.
Nah, siapa lagi yang mencintai produk negeri sendiri kalau bukan kita sebagai generasi penerus. Selamat berbelanja dan mengagumi produk karya anak bangsa. –
Artikel di atas dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur : Prasetya, Buletin Bulanan, Sumber Inspirasi Birokrasi, EDISI 10, Oktober 2009.
Comments
uda membantu sekali info ini
zzzzzzzzzzzzzzzz
jgn cuma batik aja klau bsa
klauuu bisa juga kerajinan” lain yg ada di sidoarjo yaaaa ^.^
Kami mencoba mencarikan bahannya (karena dasar yang ditampilkan adalah koleksi yang telah kami miliki)
baru tahu kalau sidoarjo juga punya sentra batik, terus apakah juga punya ciri khas tersendiri corak batiknya?
Terima kasih atas kunjungannya, kalau mau tahu lebih banyak silahkan buka tulisan tentang BATIK SIDOARJO yang lain di blog ini masih banyak. tentang corak serta cirikhas batik sidoarjo jelas terkait dengan keberadaan sidoarjo saat itu, beberapa contoh kecil pengaruh motih batik sidoarjo: Motif Beras Utah, terkait dengan melimpahnya bahan pangan padi yang ada di Sidoarjo. Motif Kebun Tebu, terkait dengan Sidoarjo dulu sebagai penghasil gula terbesar. tentu banyak pula kebun-kebun tebunya. Motif Kembang Bayem ini terkait dengan banyaknya sayuran bayam di daerah pedesaan Sidoarjo. baik yang ditanam maupun yang tumbuh liar.