Wednesday, February 12, 2025
Semua Tentang Jawa Timur


Sentra Andalan yang Seperti Disiakan

KALIABU – Brem?  “Oh, itu ada di Desa Kaliabu Pak. Bu. Mas dan mbak. Kalau ada masjid besar, terus belok…

By Pusaka Jawatimuran , in Sentra Wisata Wisata Kuliner , at 04/10/2011 Tag: , ,

KALIABU – Brem?  “Oh, itu ada di Desa Kaliabu Pak. Bu. Mas dan mbak. Kalau ada masjid besar, terus belok ke kiri. Atau jika dan arah Madiun, kalau sudah bertemu masjid belok ke kanan. Masuk saja lurus, nah disitu banyak orang membuat brem”. Itulah kira-kira bunyi dialog yang bakal Anda temui jika mencari sentra brem di Desa Kaliabu, Kecamatan Mejayan,  Kabupaten Madiun. Brem begitu terkenal, namun untuk mencari dimana sentra pembuatannya. dijamin Anda tak akan mudah menemukan arah dan penanda menuju ke sana. Desa Kaliabu, Caruban, Kabupaten Madiun bisa dijangkau melalui jalan provinsi dan arah Surabaya, maupun dari Solo jika harus melewati Kabupaten Ngawi atau Kota Madiun. Menggunakan jalur kereta api juga bisa, turun di Stasiun Caruban terlebih dahulu. Lantas semudah itukah mencapai Kaliabu? Jawabnya adalah tidak! Setidaknya diperlukan bertanya 3-4 kali baru bisa mencapai Kaliabu tanpa salah arah. Jalan menuju lokasi tersebut, penandanya benar-benar sebuah masjid. Masjid megah yang sedang dibangun masyarakat tak begitu jauh dari simpang tiga yang memecah jalur menuju Surakarta lewat Kota Madiun atau Kabupaten Ngawi. Jadi, jika tidak ada masjid megah itu, lantas apa penanda menuju sentra UKM penting bagi Kabupaten Madiun tersebut?

Memasuki Desa Kaliabu setelah berhasil menemukan masjid masih harus melintasi persawahan yang cukup panjang. Jalan aspalnya tidak begitu bagus, banyak lubang di sana-sini. Menjelang memasuki Kaliabu jalan bercabang jadi dua. Jika Anda baru pertama kali masuk ke desa tersebut, bisa dipastikan pengemudi akan memilih jalan yang pecah di kiri. Sebab, jalanan jauh lebih bagus, selain menjanjikan arah yang benar menuju sebuah sentra andalan. Jika itu yang dipilih, maka dipastikan seratus persen bahwa itu adalah jalan yang salah. Jalan yang benar seharusnya adalah jalur yang pecah ke arah kanan. Padahal itu adalah jalan yang sangat buruk. Tidak hanya berlubang, tapi juga mleyot-mleyot  dan berlumpur. Jadi kalau hujan datang, niscaya orang akan batal membelanjakan uangnya dan memilih kembali ketimbang susah-susah mencapai Kaliabu.

Persis di jalan bercabang dua tersebut terdapat papan bor yang menunjukkan arah Kaliabu. Namun papan tersebut sangat tak layak dijadikan sebagai penanda sebuah sentra. Meski terbuat dan besi seperti papan-papan reklame lain, papan hanya dibuat sekadarnya. Selebihnya cat sudah mengelupas dan tulisan yang tertera sama sekali tak mampu dibaca. Kondisi seperti ini jelas tidak sesuai dengan nama besar Brem Madiun, yang mengharumkan dua wilayah sekaligus yaitu Kabupaten dan Kota Madiun.

Jangan membayangkan Kaliabu adalah sebuah sentra UKM terorganisir seperti sentra tas di Intako Tanggulangin, sentra kulit di Magetan, atau sesama sentra makanan khas seperti tape Bondowoso di Bondowoso juga Bakpia Pathuk di Jogjakarta. Kaliabu tampak seperti desa dengan sedikit aktivitas. Hanya terdapat beberapa toko yang memasang papan nama yang menjual makanan khas Brem Kaliabu. Nah andai Brem tidak memiliki nama besar yang seperti sudah melegenda itu, apa yang terjadi dengan perajin-perajin brem di Desa Kaliabu? Mungkin, Dusun Tempuran akan segera mengikuti jejak Dusun Bondang. Lemahireng, Sumberjo dan Dusun Kaliabu sendiri hanya mengandalkan pertanian atau bermigrasi ke kota untuk mencari penghasilan yang lebih baik. (Widi)

Artikel di atas dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur : Buletin Litbang Dwi Bulanan TEROPONG, Edisi 55, Januari-Februari 2011